Anak Jago Matematika Tak Terkait Nenek Moyang

TEMPO/Panca Syurkani

Jakarta - Bagi sebagian orang, kegiatan berhitung merupakan aktivitas sederhana yang tak terlalu memeras otak. Namun, bagi sebagian yang lain, berhitung bisa jadi sangat menyebalkan, apalagi kalau angkanya sudah lebih dari tiga digit.



Sama seperti matematika yang bisa saja menjadi mata pelajaran favorit, tapi juga dapat membuat siswa stres. Mengapa ada orang yang jago matematika dan ada yang tidak?



Menurut penelitian terbaru dari Johns Hopkins University, kemampuan matematika seseorang bisa jadi merupakan keturunan dari nenek moyangnya alias bersifat genetik.



Dalam risetnya, Johns Hopkins University di Baltimore, Maryland, Amerika Serikat, melakukan tes yang disebut number sense atau sensitivitas terhadap angka pada anak-anak yang belum pernah belajar matematika.



"Hubungan antara number sense dengan kemampuan matematika sangat penting dan menarik karena number sense merupakan sesuatu yang universal, sementara kemampuan matematika pada seseorang sangat tergantung dari budaya, bahasa, dan proses belajar selama bertahun-tahun," kata kepala penelitian, Melissa Libertus, seperti dikutip Cnet, Senin, 15 Agustus 2011.



Dalam penelitian tersebut, Libertus melibatkan 200 anak berusia 4 tahun yang masih memiliki pola pikir sederhana. Tiap anak yang masih "bersih" dari berbagai angka matematika itu diminta menjawab mana yang lebih banyak atau sedikit dari dua papan gambar yang memiliki jumlah titik berbeda-beda. Selain itu, balita tadi juga diberi beberapa pertanyaan lisan.



Untuk menyimpulkan apakah anak ini memiliki unsur genetik matematika atau tidak, Libertus menangkap dari raut wajah dan tingkah lakunya. Apabila mereka sedih dan tidak antusias, maka anak tadi tidak memiliki silsilah ahli matematika.



Sementara ada anak yang lekas mengerti mana titik-titik yang lebih banyak atau sedikit pada papan gambar. Namun, Libertus mengatakan, anak yang memiliki gen matematika tidak 100 persen terjamin dia akan jago di bidang itu.



Libertus mengingatkan, masih ada faktor lain, seperti kemauan untuk terus belajar dan dukungan dari lingkungan supaya kemampuan matematika anak bisa berkembang dengan baik. Dan seperti kebanyakan penelitian, menurut Libertus, riset ini masih perlu diperdalam lagi.



Sumber: tempo.co


Top