Renungan - Hakekat Sukses, bukan hanya sekedar Sukses




Ukuran sukses memang berbeda-beda bagi setiap orang, tapi yang jelas tidak ada seorangpun didunia ini mau hidup dalam kesengsaraan atau kesusahan.

Orang sering mengukur kesuksesan orang itu dengan harta yang dimilikinya. Karena itulah yang kasat mata, mudah dilihat dengan mata telanjang. Apalagi dalam era globalisasi ini, dimana pameran tentang kekayaan seseorang dengan mudah dilihat di televisi, baik itu dari tayangan sinetron ataupun berita tentang para selebriti.

Tapi sejauh mana harta ini bermanfaat bagi pemiliknya? Kadang kita mendengar berita anak orang kaya yang sukses didunia usaha atau anak pejabat yang menjadi pecandu narkoba. Kalau sudah terjerat narkoba, akankah harta yang dimiliki itu masih mempunyai manfaat? Atau bagaimana kalau kita tiba-tiba terserang suatu penyakit yang sulit disembuhkan, akankah harta kita membantu kita menyembuhkan? Mencari pengobatan memang memerlukan harta/uang, tapi apakah ada jaminan pasti sembuh?

Tidak ada yang dapat menjamin atau memberikan kesembuhan kecuali Allah Subhanahu wata’ala.

Bagaimana menggapai pertolongan Allah? Ya dengan harta kita itu.

Dalam harta yang kita miliki memang ada sebagian milik orang lain yaitu yang dalam agama Islam dikatakan sebagai Zakat. Jadi pada hahekatnya harta yang kita miliki bukanlah milik kita semuanya, kita harus ingat kepada saudara kita, tetangga kita. Kesuksesan kita harus dapat mensukseskan orang lain. Istilah kerennya sih kita harus dapat meningkatkan kesejahteraan hidup orang lain, itulah esensi hidup, dapat memberi manfaat kepada orang lain. Itulah kemuliaan. Dalam mencapai kesuksesan bukan hanya sukses tetapi harus sekaligus memuliakan. Sehingga menjadi Sukses Mulia.

Saya teringat pada salah satu tweet yang dibuat oleh pak Ali Akbar @pakarseo suatu hari ada yang bunyinya kurang lebih begini “katanya bekerja untuk keluarga. Tapi berapa banyak waktu yang dipergunakan dengan keluarga”  ini dapat dipakai sebagai peringatan bahwa dalam mencari harta itu harus selalu ingat tujuannya.

Janganlah berdalih untuk menghidupi keluarga dalam mencari harta sehingga lupa akan tujuan berkeluarga itu sendiri. Yaitu Keluarga yang sakinah (tenang/tentram) dan saling menyayangi.

Kalau punya harta jangan lupa berbagi dengan zakat, sedekah dan infaq, demikian juga apabila kita punya pengetahuan, kita dapat berbagi dengan mengajarkannya kepada orang lan atau membuatnya menjadi sebuah buku sehingga orang lain dapat memperoleh manfaat dari buku atau tulisan yang kita terbitkan. Karena sesungguhnyalah pahala yang akan mengalir setelah kita meninggalkan dunia itu adalah ilmu yang bermanfaat begitu para alim ulama sering berpesan.

Sukses dalam harta itu penting, tapi jauh lebih penting dapat mensukseskan orang lain. Selain itu, upaya mensukseskan orang lain adalah wujud syukur kita kepada Allah Subhanu wata'ala.



Top